1. Ciri Khas Perekonomian Susilo
Bambang Yudhoyono
Dari segi ekonomi ada 5 ciri khas Sistem Ekonomi yaitu:
~ Peranan dominan
koperasi bersama dengan perusahaan-perusahaan negara dan
perusahaan-perusahaan swasta. Semua bentuk badan usaha didasarkan pada azas
kekeluargaan dan prinsip harmoni dan bukan pada azas kepentingan pribadi dan
prinsip konflik kepentingan.
prinsip konflik kepentingan.
~ Memandang
manusia secara utuh. Manusia bukan semata-mata homooikonomikustetapi juga
social man and religious man, dan sifat manusia terakhir ini dapat
dikembangkan setaraf dengan sifat yang pertama sebagai motor
penggerak kagiatan duniawi (ekonomi).
~ Adanya kehendak
sosial yang kuat ke arah egalitarianisme atau kemerataan sosial.
~ Prioritas utama
terhadap terciptanya suatu perekonomian nasional yang tangguh.
~ Dari segi
kelembagaan yuridis, Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang dalam
mencapai tujuannya selalu didasarkan pada hukum (oleh karena Republik Indonesia
adalah suatu negara hukum) dan melaksanakan demokrasi ekonomi. Demokrasi
ekonomi yang menjadi dasar dan tujuan untuk tercapainya masyarakat adil dan
makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila mempunyai cita-cita positif
dan negatif.
Sumber :
http://satriabayususeno.blogspot.com/2014/03/kondisi-perekonomian-indonesia-pada_22.html
2. Sasaran Pembangunan Ekonomi Pada
Masa Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono
Ada 4 sasaran pembangunan ekonomi kita pada masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono,yaitu :
1. Pro pertumbuhan,
2. Pro penciptaan lapangan kerja,
3. Pro pengurangan kemiskinan dan
4. Pro kelestarian lingkungan.
2. Pro penciptaan lapangan kerja,
3. Pro pengurangan kemiskinan dan
4. Pro kelestarian lingkungan.
Sumber :
http://www.rmol.co/read/2011/04/28/25529/SBY-Tegaskan-Empat-Sasaran-Pembangunan-Ekonomi-
http://www.rmol.co/read/2011/04/28/25529/SBY-Tegaskan-Empat-Sasaran-Pembangunan-Ekonomi-
3. Prioritas Pembangunan Ekonomi
Indonesia Pada Masa
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Sebelas Prioritas Nasional Kabinet
Indonesia Bersatu II (2009-2014) :
- Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
- Pendidikan
- Kesehatan
- Penanggulangan Kemiskinan
- Ketahanan Pangan
- Infrastruktur
- Energi
- Iklim Investasi dan Iklim Usaha
- Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
- Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik
- Kebudayaan, Kreativitas, dan
Inovasi Teknologi
Sumber :
http://kema.unpad.ac.id/blog/2013/10/22/potret-indonesia-bersama-9-tahun-pemerintahan-sby/
http://nasional.kontan.co.id/news/ini-6-program-prioritas-sby-sampai-2014
4. Sektor yang Menjadi Prioritas
Pada Masa Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono
Dari kesebelas prioritas tersebut,
ada tujuh aspek yang cukup penting bagi keberlangsungan negara Indonesia, di
antaranya :
1.
Pendidikan
Anggaran 20%
APBN untuk pendidikan seolah-olah masih belum terasa secara utuh karena angka
putus sekolah masih cukup tinggi seperti yang tercantum pada data BPS per
tahunnya. Artinya, secara kuantitas, (berdasarkan jumlah pengenyam pendidikan),
pendidikan Indonesia masih mengalami masalah. Dari sisi kualitas, pemerintah
mencoba memperbaiki kurikulum yang dikenal dengan sebutan Kurikulum 2013.
Akan tetapi,
jika pembaharuan kurikulum yang diterapkan tidak diiringi dengan peningkatan
kualitas pelaksana kurikulum (guru) dan fasilitas penunjangnya (infrastruktur),
tentu hasilnya akan sia-sia. Menurut data Kemendiknas 2010, dari sisi kualitas
guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar
kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi
perlu diperbaiki. Berdasarkan data tersebut, kualitas guru masih harus
ditingkatkan demi kemajuan pendidikan bangsa. Disamping itu, infrastruktur
sekolah yang tidak memadai juga harus diperbaiki.
2. Kesehatan
Ketidakseriusan
pemerintah dalam mengelola sektor kesehatan bisa kita nilai dari total APBN
yang pemerintah keluarkan. Total APBN yang pemerintah keluarkan pada tahun 2013
hanya sekitar Rp55,9 T. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya jumlah ini dinilai terlalu kecil karena jumlah ini hanya sekitar 3%
dari total APBN 2013 yang hampir mencapai Rp1529,7 T (depkeu.go.id).
Bidang
kesehatan juga mengalami masalah terkait pemertaan kesehatan karena tidak lagi
dimaknai secara luas, namun hanya diintepretasikan secara parsial. Akibatnya,
pemerataan yang terjadi hanya sebatas pembangunan sarana-sarana fisik. Ini
terlihat dari banyaknya puskesmas yang berdiri, namun tak terkelola dengan baik
karena keterbatasan tenaga medis. Akhirnya, masyarakat pun masih tak mendapatkan
pelayanan kesehatan secara optimal. Menurut Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) dari sekitar 8.800 unit Puskesmas, 20%
diantaranya tidak memiliki dokter. Pada akhirnya, permasalahan kesehatan pun
tidak hanya berkutat soal anggaran dan pemerataan, melainkan juga tentang
ketersediaan tenaga kesehatan.
3.
Penanggulangan Kemiskinan
Dalam masa
pemerintahan SBY, angka kemiskinan di negeri ini memang mengalami penurunan.
Disebutkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia terus berkurang. Pada tahun
1998, angka kemiskinan mencapai 24.2 persen. Pada masa awal Presiden SBY,
tingkat kemiskinan ini turun menjadi 16.7 persen. Dan pada 2008 tinggal 15.4
persen dari total penduduk Indonesia. Klaim pemerintah bahwa jumlah penduduk
miskin terus berkurang memang kerap dilontarkan. Fakta berbicara, ternyata
klaim pemerintah tersebut memang tak semanis kondisi dilapangan.
Hal tersebut
bisa terjadi karena adanya Standar Kemiskinan (batas garis kemiskinan) yang
ditetapkan pemerintah yang merupakan hasil sensus Badan Pusat Statistika (BPS).
Dalam menetapkan angka kemiskinan, salah satu standar yang dipergunakan lembaga
tersebut adalah pendapatan perkapita. Dengan standar tersebut, pemerintah
kemudian menetapkan batas garis kemiskinan. Tahun 2010, BPS menetapkan batas
garis kemiskinan berdasarkn pendapatan sebesar 212 ribu per kapita perbulan
atau Rp 7.060 per kapita perhari. Yang artinya jika standar kemiskinan tersebut
dinaikkan sedikit saja, maka jumlah penduduk miskin akan melonjak karena
standar tersebut tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh negara-negara
maju yang telah memiliki angka kemiskinan begitu kecil.
4. Ketahanan
Pangan
Dalam
penelitian ini yang menyoroti angka kekurangan gizi, berat badan anak dan tingkat
kematian anak di suatu negara, Posisi Indonesia jauh lebih buruk dari negara
tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina. Berdasarkan data
Global Food Security Index 2012, yang dirilis Economic Intelligent Unit, indeks
keamanan pangan Indonesia berada di bawah 50 (0-100).Hal ini dipandang sebagai
akibat pemerintah yang melalaikan kemandirian pangan ketika sibuk memikirkan
pemenuhan kebutuhan. Padahal kebijakan yang ideal haruslah berpihak pada
kemandirian domestic. Dengan konsumsi beras mayarakat Indonesia yang tinggi,
yakni 34,05 juta ton beras per tahun untuk 240 juta warga Indonesia (data BPS
2012), tidak heran kalau Indonesia masih terus saja mengimpor beras.
5.
Infrastruktur
Masalah
infrastruktur menghadapi berbagai macam kendala misalnya saja dari sisi
anggarannya penyerapan anggaran infrastruktur terkesan terlambat. Penyerapan
Per 2 September 2013 baru mencapai 39,72 persen dari total anggaran APBN
Perubahan 2013 sebesar 83,7 Triliun. Selain keterlambatan anggaran terdapat masalah
lain yaitu membengkaknya anggaran di salah satu proyek infrastruktur yaitu
besarnya anggaran setiap tahun untuk proyek perbaikan jalan pantura.
Berdasarkan APBN Perubahan 2013 anggaran perbaikan jalan pantura mencapai 1,2
Triliun.
6. Energi
Hampir 95%
migas Indonesia dikuasai korporasi asing. Penguasaan migas terbesar Indonesia
adalah PT Chevron asal AS yang mengambil porsi 44%. Juga ada Total E&P
(10%), Conoco Phillips (8%), Medco Energy (6%), China National Offshore Oil
Corporation (5%), China National Petroleum Corporations (2%), British
Petroleum, Vico Indonesia, dan Kodeco Energy masing-masing 1%. Sedangkan
Pertamina, perusahaan BUMN hanya mendapatkan porsi 16%. Sistem kebijakan migas
yang terangkum dalam UU no.22 tahun 2001 yang menyebabkan Indonesia selalu
mengimpor minyak bumi dari asing dengan alasan sumber daya dalam negeri yang
tidak mencukupi padahal penyebab utama sumber daya minyak bumi negeri ini tidak
mencukupi adalah karena porsi pemenuhan konsumsi dalam negeri dari lahan
sendiri yang sangat tidak proporsional.
7. Iklim
Investasi dan Iklim Usaha
Dalam
industrilisasi kita nampaknya sangat tertinggal dengan negara lain. Negri ini
tidak pernah mempunyai industrialisasi yang dari hulu sampai hilir yang
komponen dapat ditemukan di indonesia. Hal tersebut yang nantinya akan menekan
neraca pembayaran karena semua kebutuhan bahan baku harus kita impor, dan
menyebabkan naiknya harga barang-barang tersebut karena cenderung bergantung
kepada tingginya harga dollar. Hal semacam inilah yang patunya diperhatikan dan
dicarikan penyelesaiannya oleh pemerintah jika ingin iklim usaha dalam negri
yang sehat.
Dua Poin
strategis yang harus menjadi fokus perhatian pemerintah guna menjaga kestabilan
ekonomi nasional adalah pengembangan sektor usaha mikro kecil menengah atau
UMKM dan pertanian. Data dari kementrian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah
mnyebutkan dari 56,4 juta UMKM di seluruh Indonesia baru 30% mengakses
pembiayaan perbankan, lembaga keuangan non bank seperti koperasi simpan pinjam
mungkin lebih mudah diakses tetapi suku bunga sulit di jangkau, artinya masih
ada masalah permodalan bagi sebagian besar UMKM yang beroprasi di Indonesia.
Ini merupakan problem klasik tetapi entah kenapa pemerintah seolah tak ujung
menemukan solusinya.
Sumber :
http://kema.unpad.ac.id/blog/2013/10/22/potret-indonesia-bersama-9-tahun-pemerintahan-sby/
http://kema.unpad.ac.id/blog/2013/10/22/potret-indonesia-bersama-9-tahun-pemerintahan-sby/
5. Hasil-hasil Pembangunan Ekonomi
Pada Masa Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%.
rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%
Inflasi 2005
Kebijakan menaikkan harga BBM 1
Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada situasi
perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan
harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga
minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong tingkat inflasi
Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi bulanan
selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30, 2005
(YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40%
dan harga bahan makanan 18%. Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang
menunjukkan kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter
menjadi tidak sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh
melampaui angka target inflasi APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai
bulan Februari 2006 (YoY) masih amat tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari
2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY) yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Sumber
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1694&Itemid=195
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Sumber
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1694&Itemid=195
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)
Harga
|
2004
|
2009
|
Catatan
|
Minyak
Mentah Dunia / barel
|
~ USD 40
|
~ USD 45
|
Harga
hampir sama
|
Premium
|
Rp 1810
|
Rp 4500
|
Naik 249%
|
Minyak
Solar
|
Rp 1890
|
Rp 4500
|
Naik 238%
|
Minyak
Tanah
|
Rp 700
|
Rp 2500
|
Naik 370%
|
Dengan kondisi harga minyak yang
sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga jual premium yang masih Rp
4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per liter). Maka sangat
ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi setiap liter
premium yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah kelangkaan
minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya
kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh
keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya
sendiri. Inilah sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun
merdeka, pemerintah selalu membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak
yang lebih ekonomis (dan rendah), namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah
yang mensubsidi pemerintah.
Pertumbuhan Ekonomi 2004-2009 (Turun)
Berdasarkan janji kampanye dan usaha
untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4 tahun
belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di
atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan
pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas
10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan
rakyat. Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang
ekonomi.
Pertumbuhan
|
Janji
Target
|
Realisasi
|
Keterangan
|
2004
|
ND
|
5.1%
|
|
2005
|
5.5%
|
5.6%
|
Tercapai
|
2006
|
6.1%
|
5.5%
|
Tidak
tercapai
|
2007
|
6.7%
|
6.3%
|
Tidak
tercapai
|
2008
|
7.2%
|
6.2%
|
Tidak
tercapai
|
2009
|
7.6%
|
~5.0%
|
Tidak
tercapai *
|
Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Secara alami, setiap tahun inflasi
akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika
tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi
selama 4 tahun2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat
Inflasi
|
Janji
Target
|
Fakta
|
Catatan
Pencapaian
|
2004
|
6.4%
|
||
2005
|
7.0%
|
17.1%
|
Gagal
|
2006
|
5.5%
|
6.6%
|
Gagal
|
2007
|
5.0%
|
6.6%
|
Gagal
|
2008
|
4.0%
|
11.0%
|
Gagal
|
Selama 4 tahun pemerintahan,
Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu mengendalikan harga barang dan
jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye dan RPM yakni
rata-rata mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008). Fakta yang
terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata
10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200%
dari target semula.
Jumlah Penduduk Miskin
Sasaran pertama adalah pengurangan
kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya persentase
penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi
8,2 persen pada tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran
terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persen
pada tahun 2009.
Penduduk
Miskin
|
Jumlah
|
Persentase
|
Catatan
|
2004
|
36.1 juta
|
16.6%
|
|
2005
|
35.1 juta
|
16.0%
|
Februari
2005
|
2006
|
39.3 juta
|
17.8%
|
Maret 2006
|
2007
|
37.2 juta
|
16.6%
|
Maret 2007
|
2008
|
35.0 juta
|
15.4%
|
Maret 2008
|
2009
|
8.2% ????
|
Utang Masa Pemerintahan SBY-JK
Terbesar
Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil
mencatat, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar
utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan utang terbesar
sepanjang sejarah RI.
Koalisi terdiri dari :
Koalisi terdiri dari :
1. Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran
2. Perkumpulan Prakarsa
3. Perhimpunan Pengembangan Pesantren
& Masyarakat (P3M)
4. Gerakan Antipemiskinan Rakyat
Indonesia
5. Lembaga Advokasi Pendidikan Anak
Marginal
6. Pusat Telaah dan Informasi Regional
7. Asosiasi pendamping Perempuan Usaha Kecil dan
8. Publish What You Pay
Berdasarkan catatan koalisi, utang
pemerintah sampai Januari 2009 meningkat 31 persen dalam lima tahun terakhir.
Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun.
Adapun posisi utang Janusari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun.
Apabila pada tahun 2004, utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita menjadi Rp 7,7 juta per kepala.
Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim anti-subsidi.
Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik bruto. Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen dari PDB.
Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun.
Adapun posisi utang Janusari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun.
Apabila pada tahun 2004, utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari 2009 utang per kapita menjadi Rp 7,7 juta per kepala.
Memerhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini adalah rezim anti-subsidi.
Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik bruto. Namun, sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen dari PDB.
SBY Tambah Utang Indonesia dari 1275
menjadi 1667 Trilun dalam 4 Tahun
Berikut jumlah total utang Indonesia (2001-2009)
- 2001 : Rp 1263 triliun
- 2002 : Rp 1249 triliun
- 2003 : Rp 1240 triliun
- 2004 : Rp 1275 triliun
- 2005 : Rp 1268 triliun
- 2006 : Rp 1310 triliun
- 2007 : Rp 1387 triliun
- 2008 : Rp 1623 triliun
- 2009 : Rp 1667 triliun (Januari)
Perkembangan Utang Dalam Negeri Indonesia 2004-2009
- 2004 : Rp 662 triliun
- 2005 : Rp 656 triliun
- 2006 : Rp 748 triliun
- 2007 : Rp 801 triliun
- 2008 : Rp 906 triliun
- 2009 : Rp 920 triliun
Cat: Utang dalam negeri berbentuk
Surat Utang Negara termasuk surat utang berbentuk syari’ah
Sumber :
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/03/24/fakta-fakta-tersembunyi-sby-jk-3-utang-negara-membengkak-1667-triliun/
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/03/24/fakta-fakta-tersembunyi-sby-jk-3-utang-negara-membengkak-1667-triliun/
Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II
(Era SBY–BOEDIONO) = (2009-2014)
(Era SBY–BOEDIONO) = (2009-2014)
Pada periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara yaitu :
- BI rate
- Nilai tukar
- Operasi moneter
- Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan makroprudensial lalu lintas modal.
Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi
diatas, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara
yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Hampir tujuh tahun sudah ekonomi Indonesia di tangan kepemimpinan Presiden SBY dan selama itu pula perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya. Beberapa pengamat ekonomi bahkan berpendapat kekuatan ekonomi Indonesia sekarang pantas disejajarkan dengan 4 raksasa kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama BIRC (Brazil, Rusia, India, dan China).
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat negara-negara superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan, Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada tahun 2009.
Gemilangnya fondasi perekonomian Indonesia direspon dunia internasional dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pilihan tempat berinvestasi. Dua efeknya yang sangat terasa adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan berhasil menembus angka 3.800. Bahkan banyak pengamat yang meramalkan sampai akhir tahun ini IHSG akan mampu menembus level 4000.
Indonesia saat ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia. “Tujuan kami adalah untuk menduduki 10 besar. Kami sangat optimistis karena IMF pun memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalahkan Australia dalam waktu kurang dari satu dekade ke depan,”
tutur SBY dalam sebuah acara.
Hampir tujuh tahun sudah ekonomi Indonesia di tangan kepemimpinan Presiden SBY dan selama itu pula perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya. Beberapa pengamat ekonomi bahkan berpendapat kekuatan ekonomi Indonesia sekarang pantas disejajarkan dengan 4 raksasa kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama BIRC (Brazil, Rusia, India, dan China).
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat negara-negara superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan, Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada tahun 2009.
Gemilangnya fondasi perekonomian Indonesia direspon dunia internasional dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pilihan tempat berinvestasi. Dua efeknya yang sangat terasa adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan berhasil menembus angka 3.800. Bahkan banyak pengamat yang meramalkan sampai akhir tahun ini IHSG akan mampu menembus level 4000.
Indonesia saat ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia. “Tujuan kami adalah untuk menduduki 10 besar. Kami sangat optimistis karena IMF pun memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalahkan Australia dalam waktu kurang dari satu dekade ke depan,”
tutur SBY dalam sebuah acara.
RINGKASAN :
Sejak masa
kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, perekonomian Indonesia mulai membaik.
Perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya.
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan
perekonomian Indonesia. Di saat negara-negara superpower seperti Amerika
Serikat dan Jepang berjatuhan, Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang
positif sebesar 4,5% pada tahun 2009.
Pembangunan di era Reformasi ini merupakan suatu bentuk perbaikan di segala bidang sehingga belum menemukan suatu arah yang jelas. Pembangunan masih tarik-menarik mana yang harus didahulukan. Namun setidaknya reformasi telah membawa Indonesia untuk menjadi lebih baik dalam merubah nasibnya tanpa harus semakin terjerumus dalam kebobrokan moral manusia-manusia sebelumnya.
Daftar Pustaka :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/perekonomian-indonesia-di-era-reformasi/
http://ambaratmodjo.blogspot.com/2011/03/perekonomian-indonesia-pada-masa.html
Pembangunan di era Reformasi ini merupakan suatu bentuk perbaikan di segala bidang sehingga belum menemukan suatu arah yang jelas. Pembangunan masih tarik-menarik mana yang harus didahulukan. Namun setidaknya reformasi telah membawa Indonesia untuk menjadi lebih baik dalam merubah nasibnya tanpa harus semakin terjerumus dalam kebobrokan moral manusia-manusia sebelumnya.
Daftar Pustaka :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/perekonomian-indonesia-di-era-reformasi/
http://ambaratmodjo.blogspot.com/2011/03/perekonomian-indonesia-pada-masa.html
http://marhamahacil.blogspot.com/search?updated-min=2014-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2015-01-01T00:00:00-08:00&max-results=3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar