Pokok Bahasan 1 – Penalaran Ilmiah
I. Definisi Penalaran
Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan.
Ketika seseorang sedang melanarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan
mendapat sebuah pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah suatu kesimpulan
masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang berkendara dan
terjebak di derasnya hujan, apakah yang akan kita lakukan?disitulah nalar kita
bekerja. mencari sebuah solusi agar kita bisa terhindar dari derasnya hujan
dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai untuk berteduh.
- Ciri – Ciri Penalaran
Penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Adanya suatu pola pikir yang secara
luas di sebut logika
Sifat analitik dari proses
berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berfikir
berdasarkan langkah – langkah tertentu.
Menghasilakan kesimpulan berupa
pengetahuan,keputusan atau sikap yang baru.
Premis berupa pengalaman atau
pengetahuan, bahkan teori yang telah di peroleh.
Tujuan Penalaran
Tujuan dari penalaran yang terjadi diatas tersebut adalah untuk
menentukansecara logis atau objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau
tidak sehingga dapat dilaksanakan.
Metode Dalam Penalaran
Ada dua jenis metode dalam menalar, yaitu induktif dan deduktif.
• Penalaran Induktif
Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses penalaran untuk
menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu
kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan atas fakta-fakta khusus.
Contoh penalaran induktif : Kerbau punya mata. Anjing punya mata. Kucing punya
mata. Setiap hewan pasti punya mata.
- Ciri- Ciri Paragraf Induktif :
• Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.
• Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas. Kalimat utama
paragraf induktif terletak di akhir paragraf.
• Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama.
• Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.
Jenis-jenis Penalaran Induktif :
- Generalisasi
Penalaran yang merupakan yang mengandalakan beberapa pernyataan yang
mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh :Ade adalah tentara yang mempunyai badan gagah
Bari adalah tentara yang mempunyai badan gagah
Generalisasi :Semua tentara mempunyai badan gagah
- Analogi (Analogi Induktif) Dalam analogi, kita
membandingkan dua macam hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan
persamaannya,tanpa memperhatikan perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat
didasarkan pada persamaan diantara dua hal yang berbeda. proses penalaran
untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus
berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat
esensial penting yang bersamaan.
Tujuan dari penalaran secara analogi yakni :
• Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
• Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
• Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh: Para atlet memiliki latihan fisik yang keras
guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara,
mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga
membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di
lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik
dan mental yang kuat.
- Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan
fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab
dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.
- Penalaran sebab akibat dapat di bedakan menjadi 3 macam :
• Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab,
kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh : Belajar, berdoa, tekun, dan tidak putus asa adalah hal yang bisa
membuat kita berada di puncak kesuksesan
• Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi
akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh : Marak terjadi tindak kriminal di perkotaan seperti, tingkat stres
yang tinggi,tawuran antar wilayah dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan
harga bbm sehingga mengalami kesulitan ekonomi.
• Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama
menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab
yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
• Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif didasarkan pada teori yang berlaku umum tentang hal /
gejala. Ditarik kesimpulan hal yang khusus. Merupakan bagian dari hal/gejala
tadi. Secara garis besar maka penalaran deduktif adalah bergerak dari hal atau
gejala yang khusus menjadi gejala yang khusus.
Jenis-jenis penalaran deduktif :
• Silogisme
Penalaran deduksi biasanya sering digunakan adalah silogisme. Silogisme adala
penalaran secara tidak langsung. Dalam silogisme kita terdapat dua premis dan
satu premis kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum/premis mayor dan
premis khusus/premis minor. Dari kedua premis tersebut kesimpulan dirumuskan.
• ENTINEM
Entinem adalah silogisme yang dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus
dan kesimpulan. Entimen mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua
preposisi tersebut, yaitu preposisi khusus (premis khusus) merupakan sebab bagi
apa yang terkandung di
dalam preposisi kesimpulan.
Contoh :
• Laptop adalah barang elektronik membutuhkan aliran listrik untuk beroperasi
• DVD Player adalah barang elektronik membutuhkan aliran listrik untuk
beroperasi
.
II. Definisi Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan
predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam
bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat
Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan,dan kalimat inversi tidak dapa disebut
proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi.
Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya
menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
• Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
- Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu
predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
o Semua petani harus bekerja keras.
o Setiap pemuda adalah calon pemimpin
- Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu
subjek dan lebih dari satu predikat.
contoh :
o Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
o Paman bernyanyi dan menari.
• Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifat, proporsisi dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
Kategorial adalah proposisi yang
hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat
apapun.
Contoh:
o Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
o Semua daun pasti berwarna hijau.
Kondisional adalah proposisi yang
membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi
dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
o Contoh proposisi kondisional:
jika hari mendung maka akan turun hujan
o Contoh proposisi kondisional hipotesis:
Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
o Contoh proposisi kondisional disjungtif:
Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
• Berdasarkan kualitas
Proposisi ini juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Positif (afirmatif)
proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan
predikat.
Contoh:
o Semua dokter adalah orang pintar
o Sebagian manusia adalah bersifat sosial
Negatif
proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai
hubungan.
Contoh:
o Semua harimau bukanlah singa
o Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok
• Berdasarkan kuantitas
proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
Umum
Predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
o Semua gajah bukanlah kera
o Tidak seekor gajah pun adalah kera
Khusus
predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
o Sebagian mahasiswa gemar olahraga
o Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi
III. Definisi inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari
premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga
disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang
logika.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara
tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para
peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi
manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data
kuantitatif.
Contoh inferensi :
Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang
ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF.
Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang
benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih
kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi Logika
berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang
tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku”
tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk
kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat
tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan
premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
• Semua apel biru.
• Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.
IV. Definisi Implikasi
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum
dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil
dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (=implikasi), dan
kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (=inferensi).
Implikasi dapat merujuk kepada:
• Dalam manajemen:
o Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan
kerja dan formuasi kebijakan
o implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan
perumusan tindakan
• Dalam logika:
o Implikasi logis dalam logika matematika
o Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan
terlibat.
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin
terasa manfaat dan kepentinganya.
V. Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian,
semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran.
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada
pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya,
serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang
diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada
seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan
informasi (bahan keterangan).
Kita mungkin mengartikannya sebagai “cara bagaimana
kenyataan hadir” atau perwujudan dari ada bagi akal”. Misal Mr.A mengatakan
“Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo”, apa komentar kita ? Tentu
saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan “fakta yang menarik”. Kita akan
mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, Tentu saja
kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau
ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi
kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai
untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam
persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada
tiga jendela di dalam ruang ini,” persetujuan atau ketidak setujuan saya segera
jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah
didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi.
Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di
peroleh dari suatu sumber tertentu.
VI. Cara menguji Data, Fakta, dan Autoritas
a) Cara menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh
karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga
bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut :
Observasi
Kesaksian
Autoritas
b) Cara menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka
harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama
untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu
dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil.
Cara menguji fakta ada dua yaitu :
Konsistensi
Koheresi
c) Cara menguji Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang
hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan
atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
Tidak mengandung prasangka
pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli
atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang
diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan
lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh
autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasilpenelitian dan
pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat
yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik
kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir
dalam bidang itu.
Pokok bahasan 2 – Berfikir Deduktif
Berpikir
Deduktif
Berfikir deduktif merupakan salah satu dari
metode-metode penalaran. Berfikir Deduktif adalah suatu metode berpikir
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagian yang khusus Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang
umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir
yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Dalam deduktif telah diketahui kebenarannya secara
umum, kemudian bergerak menuju pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau
gejala-gejala khusus atau individual. Jadi deduksi adalah proses berfikir yang
bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal
khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal
yang khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa itu.
Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang
telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam
penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut
silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor : Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan
OSPEK.
Premis minor : Adi adalah siswa kelas 7 SMP
Kesimpulan : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK
Contoh di atas merupakan bentuk penalaran deduktif.
proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi
sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui
kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus khusus itu.
Deduksi menggunakan silogisme dan entimem.
Dapat disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen
berpikir deduktif dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam
argumen deduktif bergantung pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen
berdasarkan prinsip dan hukumnya; dan kebenaran isi premisnya berdasarkan
realitas. Sebuah argumen deduktif tetap dapat dikatakan benar berdasarkan
bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai dengan realitas yang ada; atau isi
argumen deduktif benar menurut realitas meskipun secara bentuk ia tidak benar.
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
b. Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Pokok
Bahasan 3 – Berfikir Induktif
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang
bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum.
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar
Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum
yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni
di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung
lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi
mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang
diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan
dia benar pula.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan
gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran
deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme.
Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,
sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan
yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua
penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara,
Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara
deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah
diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi
mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai
apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran
deduktif dan penalaanr induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan
yang benar.
Pokok Bahasan 4 – Karangan Ilmiah dan
Non Ilmiah
A. PENGERTIAN KARANGAN
Karangan adalah bentuk tulisan yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang
utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan
perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
Berdasarkan tujuannnya, jenis karangan dibagi dalam jenis-jenis berikut ini:
– Karangan narasi: Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu
peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami
kejadian yang diceritakan itu.
– Karangan deskripsi: Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan
sebuah objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri
objek yang digambarkan itu.
– Karangan eksposisi: Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah
pengetahuan atau informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan
data dan fakta untuk memperjelas pemaparan.
– Karangan argumentasi: Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan
untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu.
Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.
– Karangan persuasi: Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang.
B. MACAM, SIFAT DAN BENTUK KARANGAN
1. Macam – macam Karangan Ilmiah
Ada berbagai macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :
– Laporan penelitian. Laporan yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya
laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi
arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan, dsb.
– Skripsi. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu
(Si).
– Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu
Master.
– Disertasi. Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3),
yaitu Doktor.
– Surat pembaca. Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu
tulisan ilmiah.
– Laporan kasus. Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan
teori.
2. Sifat Karangan
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim
diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada
juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari
bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya,
kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang
dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
1. Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual
objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek
yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau
observasi.
2. Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan
masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang
teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi.
3. Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan
kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam
melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah
dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang
membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada
pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah
digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan
semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari.
Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian
istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari
segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah
memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan
semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah
disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan,
makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara
lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah
adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan
naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya
tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta
pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak,
gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan
teknis.
Karya nonilmiah bersifat, antara lain :
1. Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis,
lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi
2. Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan
pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
3. Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif,
dan
4. Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
3. Bentuk Karangan
a. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah
seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan
karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir).
Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan
cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih
merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan
terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan
yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa
sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Tujuan karya ilmiah, antara lain:
– Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam
bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
– Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi
konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen)
pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah
penyelesaian studinya.
– Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi
pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat
membacanya.
– Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang
bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
– Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
– Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
– Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
– Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
– Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
– Memperoleh kepuasan intelektual;
– Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
– Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
b. Karangan Non Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif,
tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular
atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
– Dongeng
– Cerpen
– Novel
– Drama
– Roman
c. Karangan Semi Ilmiah (Populer)
Karya tulis semi ilmiah merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan
fiksi dalam satu tulisan yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal,
kata-katanya teknis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan
kebenarannya. Karya tulis ini juga merupakan sebuah penulisan yang menyajikan
fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi
tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering
dimasukkan dalam kary tulis ini. Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan
dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
C. CIRI-CIRI KARANGAN ILMIAH
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi
karakteristik utamanya, yaitu :
a. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal
merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan
pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi
penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
b. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya
ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
c. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif,
tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua
d. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.
Selain ciri-ciri diatas karangan ilmiah juga
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya
tepat dan jernih.
2. Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
3. Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
4. Keobjektifan. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
5. Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau
kehilafan betapapun kecilnya.
6. Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang
memperlihatkan kesinambungan.
7. Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap
lengkapnya.
D. CIRI-CIRI KARANGAN NON ILMIAH
Karya non-ilmiah adalah karangan yang
menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya
menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu
formal).
Ciri-ciri Karya Tulis Non-Ilmiah:
• Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
• Fakta yang disimpulkan subyektif.
• Gaya bahasa konotatif dan populer.
• Tidak memuat hipotesis.
• Penyajian dibarengi dengan sejarah.
• Bersifat imajinatif.
• Situasi didramatisir.
• Bersifat persuasif.
• Tanpa dukungan bukti
Pokok Bahasan 5 – Metode Ilmiah
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode
ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method
adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk
memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang
perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode
ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula
berdasarkan data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan
masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah,
maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang
dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun
proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara
sistematis
Dalam
metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap,
tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran
akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara
sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap
metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa
masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya,
yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia
data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila
sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah
sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara
terkontrol
Di
saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara
terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah
itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga
ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang
yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi,
akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena
metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat
langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap
langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah.
- Merumuskan hipotesis.
- Mengumpulkan data.
- Menguji hipotesis.
- Merumuskan kesimpulan
Sumber:
https://ikamakoto.wordpress.com/kuliah-ku/filsafat-ilmu/c-penalaran
https://hasanaguero.wordpress.com/2012/05/14/berpikir-induktif-dan-deduktif/